KATAGORI RENUNGAN

Translate this blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 11 Desember 2015

Natal—Memikirkan Ulang Tanah Kelahiran Sang Juruselamat


Kisah Kelahiran Yesus: versi barat atau versi asli timur tengah yang Anda percayai?
Saat saya merenungkan kembali dan membaca ulang apa yang Alkitab katakan tentang kelahiran Yesus, saya menemukan betapa berbedanya kisah natal yang selama ini saya dengar. Ada beberapa kejanggalan yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang dianut oleh orang di Timur Tengah 2000 tahun yang lalu dengan cerita natal yang sering diputarkan melalui film-film barat.


Kisah kelahiran Yesus hanya ditemukan di dalam dua kitab dari Perjanjian Baru yaitu Matius dan Lukas. Jadi, mari kita membaca apa yang dikisahkan oleh Alkitab tentang kelahiran terbesar yang pernah terjadi tersebut.

TEMPAT KELAHIRAN

Betlehem merupakan salah satu kota yang paling dikenal di Alkitab dan Yesus dilahirkan di kota tersebut (Matius 2: 1 & 5-6). Kota Betlehem bukanlah sebuah kota besar, sensus modern di tahun 2005 mencatat sebanyak 29.019 jiwa menetap (bandingkan dengan kota Medan yang memiliki 2.036.018 jiwa pada tahun 2005). Perbandingan yang sangat jauh pada waktu yang sama. Jadi jika ditarik ke periode waktu awal Masehi, kota Betlehem mungkin hanya akan berkisar sekitar kurang dari 1000-an penduduk (bahkan lebih sedikit daripada yang dibayangkan). Kita dapat menempatkan perkiraan maksimal 1000 jiwa mengingat Yesus lahir pada waktu berlangsungnya pendaftaran wajib dari pemerintah yang mewajibkan setiap orang untuk pulang ke kampung halaman (bahkan dengan keadaan pembangunan yang masih rendah pada zaman tersebut, masih sangat jauh lebih kecil perhitungannya dan angka tersebut dapat membuat kota kecil terasa menyesakkan).

Jadi inilah permulaannya, di kota kecil dan di malam yang dingin, Yusuf dan Maria dalam kondisi yang hamil tua mencari tempat untuk beristirahat. Dalam Lukas 2: 7 dikatakan bahwa “…tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (bahasa Inggris menggunakan kata 'Inn').” Inilah skenario yang sudah sering kita dengar: ''Yusuf dan Maria mengetuk pintu demi pintu dari rumah penginapan (beberapa orang melebihkannya dengan menyebutnya 'hotel') dan tidak ada orang yang mau menerima mereka. Akhirnya, seseorang menawarkan sebuah kandang hewan bagi mereka untuk beristirahat." Inilah cerita umum yang popular dan dulu saya mempercayainya, sayangnya itu bukanlah cerita yang sebenarnya, itu hanya karangan kejam yang melecehkan. Bayangkan ini, seorang pria dan wanita yang sedang hamil tua kelelahan setelah perjalanan yang sangat panjang, menurut Anda (dan jika itu Anda), apakah masuk akal untuk menyuruh dua orang yang menyedihkan di hadapan Anda untuk tidur di kandang hewan?
Selain itu, Betlehem ialah kota kecil dimana penduduknya saling mengenal
berbeda dengan zaman modern kota besar yang bahkan tidak lagi mengenal tetangga di sebelah rumahnya (setidaknya saya ialah salah satunya).

Dalam sudut pandang Dunia Barat, digambarkan penduduk Betlehem begitu angkuh dan tega untuk menolak Yusuf dan Maria sehingga menyuruh mereka tidur di kandang dan pada akhirnya Yesus terpaksa dilahirkan di dalam kandang hewan. Padahal dalam kedua Kitab Injil tersebut, kita tidak menemukan penduduk yang menyuruh mereka untuk tinggal di dalam kandang. Tidak mungkin Anda akan menyuruh seorang wanita yang hamil untuk tidur di kandang atau mengusirnya di tengah malam yang dingin, bahkan jika kamar di rumah Anda telah penuh, Anda akan dengan sukarela memberikan tempat Anda untuk wanita hamil tersebut agar dapat beristirahat setidaknya untuk satu malam. Sedangkan dalam sudut pandang Timur Tengah beranggapan bahwa tindakan 'mengusir orang di tengah malam yang meminta tumpangan' tersebut menyalahi tradisi budaya setempat. Yusuf yang merupakan keturunan Daud seharusnya dengan mudah menemukan tempat bernaung sebagai tempat bersalin bagi Maria. Tetangga-tetangga mengenalnya, mereka memiliki hubungan yang sangat baik, apalagi tempat yang dikunjunginya adalah kampung halamannya sendiri. Dan berdasarkan budaya ramah kaum Yahudi saat itu, adalah hal yang amat janggal bagi komunitas petani untuk menolak seorang wanita muda yang hendak melahirkan.
[catatan: harus dipahami bahwa budaya di Timur sangat identik dengan ramah tamah dan tolong menolong].

RUMAH PENGINAPAN, PALUNGAN DAN SEBUAH KANDANG?

" dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
(Lukas 2: 7)

Saat pertama kali seseorang secara berlebihan mengkhotbahkan 'rumah penginapan' di zaman kelahiran Yesus sebagai 'hotel', saya tersedak batuk. Saya hampir tertawa keras. Sangat lucu. Itu terjemahan yang berlebihan. Terjemahan Inggris menerjemahkan 'inn'
penginapan, namun itu terjemahan yang kurang tepat. Terjemahan aslinya menggunakan kata 'kataluma'ruang penginapan tamu ('guestchamber'). Kata tersebut seharusnya berarti 'ruang untuk menginap'.

(lampiran gambar)

Jika Anda memperhatikan lampiran gambar, Anda akan menemukan denah rumah para penduduk timur tengah. Setiap rumah selalu dibagi dalam tiga ruangan: ruang kandang, ruang keluarga dan ruang penginapan tamu. Ukurannya tergantung pada kapasitas masing-masing keluarga. Namun ini merupakan denah yang umum bagi setiap rumah di Timur Tengah, termasuk di Betlehem.

Bandingkan kata 'rumah penginapan' yang dicari oleh kedua orang tua Yesus dengan kata 'tempat penginapan' dalam kisah Orang Samaria yang baik hati dari cerita Yesus (Lukas 10: 34). Terjemahan Inggris untuk kedua tempat penginapan tersebut sama-sama menggunakan kata 'inn'. Namun bahasa asli yang digunakan di dalam kisah Orang Samaria untuk 'tempat penginapan' tersebut ialah 'pandocheion'
Inn or a public lodging place. Jadi jelas bahwa rumah penginapan yang ada di Lukas 2: 7 dengan tempat penginapan yang ada di Lukas 10: 34 sangat berbeda. Dan tempat yang dimaksud untuk 'penginapan' di Betlehem ialah ruang penginapan tamu yang dimiliki oleh setiap rumah tangga di kota tersebut.

Jadi ketika Yusuf dan Maria tidak menemukan 'rumah penginapan', yang dimaksud bukanlah tidak adanya kamar di hotel berbintang atau tidak adanya kamar di tempat usaha penginapan. Melainkan tidak adanya ruangan tamu untuk menginap di rumah-rumah warga yang mereka temukan pada waktu tersebut.

Bagaimana dengan kandang domba atau kandang hewan apapun yang menjadi tempat kelahiran Yesus?
Oh, betapa teganya meninggalkan wanita hamil untuk melahirkan di kandang hewan, itu tentu tidak manusiawi dan tidak cocok dengan akhlak budaya Timur Tengah. Dan ngomong-ngomong, saya menantang Anda untuk menemukan ayat yang mengatakan bahwa Yesus dilahirkan di sebuah kandang hewan, Anda tidak akan menemukannya, Alkitab tidak pernah menyebutkannya.

Inilah yang Alkitab katakan:

"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan..."
(Lukas 2: 7)

"Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
(Lukas 2:12)

"Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan."
(Lukas 2: 16)

Palungan tersebutlah yang membuat orang-orang memikirkan tentang 'kandang hewan'. Tetapi tahukah Anda bahwa penduduk asli Palestina--Betlehem-- tidak meletakkan palungan di kandang hewan, namun di ruang pribadi keluarga?
Dalam denah rumah sederhana desa petani Palestina, dapat dilihat bahwa apa yang disebut dengan kandang'stable'bukanlah kandang yang terpisah sendiri di belakang rumah, tetapi justru terhubung dengan ruangan keluarga, dan berada dalam sebuah rumah yang sama. Saat sore menjelang, petani akan membawa masuk ternaknya ke dalam rumah dan mengikatnya di area “stable”kandangdan ia sendiri naik ke bagian lantai yang lebih tinggi untuk kegiatan di dalam ruang keluarga, seperti memasak, makan dan tidur.

Mengapa petani memasukkan ternaknya ke dalam rumah? 
Para petani menginginkan ternak mereka berada di dalam rumah karena pada musim dingin ternak-ternak tersebut akan menghasilkan panas yang dapat menghangatkan ruangan dan juga untuk mencegah ternak tersebut dicuri. Lingkaran lonjong pada gambar mewakili palungan dimana hewan seperti sapi dan keledai dapat menjulurkan kepalanya dan makan di pada malam hari jika lapar. Layout rumah seperti ini dapat ditelusuri dari tahun 1000 SM sampai tahun 1950 M.

Coba tebak dimana palungan tempat Yesus lahir berada?
Di ruangan keluargakarena ruangan untuk tamu menginap sudah penuh dan bukan di kandang hewan. Hal ini sesuai dengan tradisi kehidupan para penduduk di kota kecil Betlehem dan bagaimana mereka memiliki sosialisasi yang sangat akrab satu sama lainnya.
Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem dan diterima di sebuah rumah pribadi dimana saat itu ruang tamu ('kataluma') telah diisi oleh tamu lain, sehingga dikatakan tidak ada tempat di 'kataluma'. Alih-alih mengusir, tuan rumah tersebut menerima Yusuf dan Maria di ruang keluarga mereka. Setelah bayi Yesus lahir, ia dibungkus dengan lampin dan diletakkan di palungan yang berada di ruang tengah ruangan keluarga tersebut.


Dengan demikian, menurut sudut pandang masyarakat Timur Tengah, Yesus tidaklah dilahirkan di sebuah kandang hewan maupun di dalam gua, tetapi di sebuah rumah pribadi di ruang keluarga. Hal ini juga diperkuat oleh Injil Matius saat mengisahkan kedatangan orang-orang Majus dari Timur yang menemui bayi Yesus di sebuah rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar